Syok Obstetrik
SYOK OBSTETRIK
Syok
adalah suatu keadaan disebabkan gangguan sirkulasi darah ke dalam
jaringan sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi
jaringan dan tidak mampu mengeluarkan hasil metabolisme.
Penyebab
terjadinya syok dalam kebidanan yang terbanyak adalah perdarahan,
kemudian neurologenik, kardiogenik, endotoksik/septic, anafilaktik, dan
penyebab syok yang lain seperti emboli, komplikasi anastesi, dan
kombinasi.
Gejala
klinik syok pada umumnya sama yaitu tekanan darah menurun, nadi cepat
dan lemah, pucat, keringat dingin, sianosis jari-jari, sesak nafas,
pengelihatan kabur, gelisah, dan akhirnya oliguria/anuria.
Komplikasi
akibat penanganan yang tidak adekuat dapat menyebabkan asidosis
metabolic akibat metabolisme anaerob yang terjadi karena kekurangan
oksigen. Hipoksia/iskemia yang lama pada hipofise dan ginjal dapat
menyebabkan nekrosis hipofise dan gagal ginjal akut. Koangulasi
intravaskular yang luas disebabkan oleh lepasnnya tromboplastin dari
jaringan yang rusak. Kegagalan jantung akibat berkurangnya darah
koroner. Dalam fase ini kematian mengancam. Transfusi darah saja tidak
adekuat lagi dan jika penyembuhan fase akut terjadi, sisa-sisa
penyembuhan akibat nekrosis ginjal dan/atau hipofise akan timbul.
Penanganan
syok terdiri atas 3 garis utama, yaitu pengembalian fungsi sirkulasi
darah,dan oksigenasi, eradikasi infeksi, serta koreksi cairan dan
elektrolit. Akibat kematian ibu karena perdarahan dalam kebidanan dapat
mencapai 13,4% di USA.
Jenis dan Etiologi
1. Syok Hemoragik
Adalah
suatu syok yang disebabkan oleh perdarahan yang banyak. Akibat
perdarahan pada kehamilan muda, misalnya abortus, kehamilan ektopik dan
penyakit trofoblas (mola hidatidosa); perdarahan antepartum seperti
plasenta previa, solusio plasenta, rupture uteri, dan perdarahan pasca
persalinan karena atonia uteri dan laserasi jalan lahir.
2. Syok Neurogenik
Yaitu
syok yang akan terjadi karena rasa sakit yang berat disebabkan oleh
kehamilan ektopik yang terganggu, solusio plasenta, persalinan dengan
forceps atau persalinan letak sungsang di mana pembukaan serviks belum
lengkap, versi dalam yang kasar, firasat/tindakan crede, ruptura uteri,
inversio uteri yang akut, pengosongan uterus yang terlalu cepat (pecah
ketuban pada polihidramnion), dan penurunan tekanan tiba-tiba daerah
splanknik seperti pengangkatan tiba-tiba tumor ovarium yang sangat
besar.
3. Syok Kardiogenik
Yaitu
syok yang terjadi karena kontraksi otot jantungyang tidak efektif yang
disebabkan oleh infark otot jantung dan kegagalan jantung. Sering
dijumpai pada penyakit-penyakit katup jantung.
4. Syok Endotoksik/septic
merupakan suatu gangguan menyeluruh pembuluh darah disebabkan oleh lepasnya toksin. Penyebab utama adalah infeksi bakteri gram nagatif. Sering dijumpai pada abortus septic, korioamnionitis, dan infeksi pascapersalinan.
5. Syok Anafilatik
yaitu syok yang sering terjadi akibat alergi /hipersensitif terhadap obat-obatan.
Penyebab
syok yang lain seperti emboli air ketuban, udara atau thrombus,
komplikasi anastesi dan kombinasi seperti pada abortus inkompletus
(hemoragik dan ensotoksin) dan kehamilan ektopik terganggu dan rupture
uteri (hemoragik dan neurogenik).
Gejala Klinik Syok
Gejala
klinik syok pada umumnya sama pada semua jenis syok antara lain tekanan
darah menurun, nadi cepat, dan lemah akibat perdarahan. Jika terjadi
vasokontriksi pembuluh darah kulit menjadi pucat, keringat dingin,
sianosis jari-jari kemudian diikuti sesak nafas, pengelihatan kabur,
gelisah dan oligouria/anuria dan akhirnya dapat menyebabkan kematian
ibu.
Penanganan Syok Dalam Kebidanan
Prinsip
pertama dalam penanganan kedaruratan medic dalam kebidanan atau setiap
kedaruratan adalah ABC yang terdiri atas menjaga saluran nafas (airway),
pernafasan (Breathing), dan sirkulasi darah (Circulation). JIka situasi
tersebut terjadi di luar Rumah Sakit, pasien harus dikirim ke rumah
sakit dengan segera dan aman.
1. Syok Hemoragik
Syok
Hemoragik merupakan syok yang disebabkan oleh perdarahan yang banyak
yang dapat disebabkan oleh perdarahan antepartum seperti plasenta
previa, solusio plasenta, dan rupture uteri, juga disebabkan oleh
perdarahan pascapersalinan seperti atonia dan laserasi serviks/vagina.
gejala klinik syok hemoragik bergantung pada jumlah perdarahan yang
terjadi mulai dari yang ringan sampai berat seperti terlihat pada tabel
berikut.
Klasifikasi Perdarahan
Kelas
|
Jumlah Perdarahan
|
Gejala Klinik
|
I
|
15% (Ringan)
|
Tekana darah dan nadi normal
Tes Tilt (+)
|
II
|
20-25% (sedang)
|
Takikardi-Takipnea
Tekanan nadi < 30 mmHg
Tekanan darah sistolik rendah
Pengisian darah kapiler lambat
|
III
|
30-35% (Berat)
|
Kulit dingin, berkerut, pucat
Tekanan darah sangat rendah
Gelisah
Oliguria (<30 ml/jam)
Asidosis metabolic (pH < 7.5)
|
IV
|
40-45% (sangat berat)
|
Hipertensi berat
Hanya nadi karotis yang teraba
Syok ireversibel
|
Pada
syok yang ringan gejala-gejala dan tanda tidak jelas, tetapi adanya
syok yang ringan dapat diketahui dengan “tilt test” yaitu bila pasien
didudukan terjadi hipotensi dan/atau takikardia, sedangkan dalam keadaan
berbaring tekanan darah dan frekuensi nadi masih normal.
Fase Syok
Perempuan
hamil normal mempunyai toleransi terhadapa perdarahan 500-1000 ml pada
waktu persalinan tanpa bahaya oleh karena daya adaptasi fisiologik
kardiovaskular dan hematologik selama kehamilan. jika perdarahan terus
berlanjut, akan timbul fase-fase syok sebagai berikut.
1. Fase Kompensasi
· Rangsangan/reflex
simpatis: Respon pertama terhadap kehilangan darah adalah vasokontriksi
pembuluh darah perifer untuk mempertahankan pasokan darah ke organ
vital
· gejala klinik: pucat, takikardia, takipnea.
2. Fase Dekompensasi
· Perdarahan lebih dari 1000 ml pada pasien normal atau kurang karena factor-faktor yang ada
· Gejala klinik: sesuai gejala klinik syok diatas
· Terapi yang adekuat pada fase ini adalah memperbaiki keadaan dengan cepat tanpa meninggalkan efek samping
3. Fase Kerusakan Jaringan dan Bahaya Kematian
Penanganan perdarahan yang tidak adekuat menyebabkan hipoksia jaringan yang lama dan kenatian jaringan dengan akibat berikut:
· Asidosis metabolik: disebabkan metabolisme anaerob yang terjadi karena kekurangan oksigen
· Dilatasi
arteriol: akibat penumpukan hasil metabolisme selanjutnya menyebabkan
penumpukan dan stagnasi darah di kapilar dan keluarnya cairan ke dalam
jaringan ekstravaskular
· Koagulasi intravaskular yang luas disebabkan lepasnya tromboplastin dari jaringan yang rusak
· Kegagalan jantung akibat berkurangnya aliran darah koroner
· Dalam
fase ini kematian mengancam. Transfusi darah saja tidak cukup adekuat
lagi dan jika penyembuhan dari fase akut terjadi, sisa-sisa penyembuhan
akibat nekrosis ginjal dan/atau hipofise akan timbul
Penanganan
Jika terjadi syok, tindakan yang harus segera dilakukan antara lain sebagai berikut:
1. Cari dan hentikan segera penyebab perdarahan
2. Bersihkan saluran napas dan beri oksigen atau pasang selang endotrakheal
3. Naikkan kaki ke atas untuk meningkatkan aliran darah ke sirkulasi sentral
4. Pasang
2 set infuse atau lebih untuk transfuse, cairan infuse dan obat-obat IV
bagi pasien yang syok. Jika sulit mencari vena, lakukan/pasang kanul
intrafemoral.
5. Kembalikan volume darah dengan:
a. Darah segar (whole blood) dengan cross-metched dari grup yang sama, kalau tidak tersedia berikan darah O sebagai life-saving
b. Larutan
kristaloid: seperti ringer laktat, larutan garam fisiologis atau
glukosa 5%. Larutan-larutan ini mmempunyai waktu paruh (half life) yang
pendek dan pemberian yang berlebihan dapat menyebabkan edema paru
c. Larutan koloid: dekstran 40 atau 70, fraksi protein plasma (plasma protein fraction), atau plasma segar
6. Terapi obat-obatan
a. Analgesik: morfin 10-15 mg IV jika ada rasa sakit, kerusakan jaringan atau gelisah
b. Kortikosteroid:
hidrokortison 1 g atau deksametason 20 mg IV pelan-pelan. Cara kerjanya
masih kontroversial, dapat menurunkan resistensi perifer dan
meningkatkan kerja jantung vdan meningkatkan perfusi jaringan
c. Sodium bikarbonat: 100 mEq IV jika terdapat asidosis
d. Vasopresor: untuk menaikkan tekanan darah dan mempertahankan perfusi renal.
· Dopamin: 2,5 mg/kg/menit IV sebagai pilihan utama
· Beta-adrenergik stimulant: isoprenalin 1 mg dalam 500 ml glukosa 5% IV infuse pelan-pelan
7. Monitoring
a. Central venous pressure (CVP): normal 10-12 cm air
b. Nadi
c. Tekanan darah
d. Produksi urin
e. Tekanan kaviler paru: normal 6-18 Torr
f. Perbaikan klinik: pucat, sianosis, sesak, keringat dingin, dan kesadaran
Komplikasi
Syok
yang tidak dapat segera diatasi akan merusak jaringan di berbagai
organ, sehingga dapat menjadi komplikasi-komlikasi seperti gagal ginjal
akut, nekrosis hipofise, dan koagulasi intravaskular diseminata (DIC)
Mortalitas
Perdarahan
500 ml pada partus spontan dan 1000 ml pada seksio sesarea pada umumnya
masih dapat ditoleransi. Perdarahan karena trauma dapat menyebabkan
kematian ibu dalam kehamilan sebanyak 6-7% dan solusio plasenta 1-5%. Di
USA perdarahan obstetric menyebabkan angka kematian ibu (AKI) sebanyak
13,4%.
Penanganan Syok Hemoragik Dalam Kebidanan
Bila
terjadi syok hemoragik dalam kebidanan, segera lakukan resusitasi,
berikan oksigen, infuse cairan, dan transfuse darah dengan crossmatched.
Diagnosis plasenta previa/solusio plasenta dapat dilakukan dengan bantuan USG. Selanjutnya atasi koagulopati dan
lakukan pengawasan janin dengan memonitor denyut jantung janin. Bila
terjadi tanda-tanda hipoksia, segera lahirkan anak. Jika terjadi atonia
uteri pasca persalinan segera lakukan masase uterus, berikan suntikan
metil ergometrin (0,2 mg) IV dan oksitosin IV atau per infuse (20-40
U/I), dan bila gagal menghentikan perdarahan lanjutkan dengan ligasi a
hipogastrika atau histerektomi bila anak sudah cukup. Kalau ada
pengalaman dan tersedia peralatan dapat dilakukan embolisasi a.iliaka
interna dengan bantuan transkateter. Semua laserasi yang ada sebelumnya
harus dijahit.
SYOK ENDOTOKSIK (SYOK SEPTIK)
Etiologi
Syok
septik dapat terjadi karena infeksi bakteri gram positif, virus, atau
jamur. Kebanyakan syok septik karena bakteri gram positifgram negative :
Escherichia coli, pseudomonas aeroginos, bacterioid, klebsiella species, dan serratia. Escherichia coli, pseudomonas aeroginos, bacterioid
yang mengeluarkan endotoksin adalah fosfo-lipo-polisakarida yang lepas
dari dinding sel yang mengalami lisis. Gambaran yang sama juga terjadi
karena eksotoksin dari streptokokkus beta hemolitik, anareob, dan
klostridia.
Patogenesis
Mikroorganisme
mengeluarkan endotoksin yang dapat mengaktifkan system komplemen dan
sitokin, mengawali reaksi inflamasi. Sepsis menyebabkan vasodilatasi,
tahanan perifer pembuluh darah menurun, dan hipotensi. Selanjutnya
distribusi aliran darah kurang/jelek sehingga perfusi darah ke organ
tidak adekuat menyebabkan kerusakan jaringan multiorgan dan kematian.
Mediator inflamasi meningkatkan permeabilitas kapilar sehingga cairan
keluar dari pembuluh darah, khusus pada parenkim paru akan menyebabkan
edema pulmonum.
Selama
sepsis produksi surfaktan pneumosit akan terganggu yang menyebabkan
alveolus kolaps dan mengakibatkan hipoksemia berat yang disebut acute respiratory distress syndrome (ARDS).
Endotoksin
lepas karena meningkatnya permeabilitas lisosomal dan sitotoksik.
Selanjutnya dalam beberapa menit dapat terjadi stimulasi medula adrenal
dan saraf simpatis serta konstriksi arteriol dan venul. Selanjutnya
menyebabkan asidosis local yang dapat menyebabkan dilatasi arteriol,
tetapi kontriksi venul dan jika berlanjut terus mengakibatkan
pembendungan darah kapilar, perdarahan karena pembendungan pada gaster,
hati, ginjal dan paru.
Penyebab Obstetrik pada Syok Septik
1. Abortus septik
2. Ketuban pecah yang lama/korioamnionitis
3. Infeksi pascapersalinan : manipulasi dan instrumentasi
4. Trauma
5. Sisa plasenta
6. Sepsis puerperalis
7. Pielonefritis akut
Faktor Resiko
1. Ketuban pecah yang lama
2. Sisa konsepsi yang tidak keluar
3. Instrumentasi saluran urogenital
Gejala-Gejala Syok Septik
1. Menggigil
2. Hipotensi
3. Gangguan mental
4. Takikardi
5. Takipnea
6. Kulit merah
7. Kulit dingin dan basah, bradikardi, dan sianosis (bila syok bertambah berat)
Gejala Klinis
Syok septik terjadi dalam 2 fase utama yaitu :
1. Fase reversibel
a) Fase panas
Gejalanya
: hipotensi, takikardi, pireksia, dan menggigil, kulit kelihatan merah
dan panas. Pasien masih sadar dan leukositosis terjadi dalam beberapa
jam.
b) Fase dingin
Gejalanya : kulit dingin, mengeriput, sianosis, purpura, jaundice, pnurunan kesadaran yang progresif, dan koma
2. Fase ireversibel
Terjadi
hipoksia sel yang berkepanjangan yang menyebabkan gejala asidosis
metabolik, gagal ginjal akut, gagal jantung, edema pulmonum, gagal
adrenal, dan kematian
Penanganan
1. Penanganan Awal
Penanganan awal sangat penting untuk menyelamatkan jiwa pasien
a) Nilai kegawatan dengan melakukan pemeriksaan tanda vital
b) Cegah
hipotermi dan miringkan kepala/tubuh pasien untuk mencegah aspirasi
muntahan. Jangan berikan sesuatu melalui mulut untuk mencegah aspirasi
c) Bebaskan jalan nafas dan berikan oksigen melalui selang atau masker dengan kecepatan 6 sampai 8 liter per menit.
d) Tinggikan
tungkai untuk mebantu beban kerja jantung. Bila setelah posisi tersebut
ternyata pasien menjadi sesak atau mengalami oedem paru maka kembalikan
tungkai pada posisi semula dan tinggikan tubuh atas untuk mengurangi
tekanan hidrostatik paru.
Bila
hingga langkah akhir tersebut diatas, ternyata tak tampak secara jelas
perbaikan kondisi pasien atau minimnya ketersediaan pasokan cairan dan
medikamentosa atau adanya gangguan fungsi peralatan yang dibutuhkan bagi
upaya pertolongan lanjutan, sebaiknya pasien dipindahkan ke ruang
perawatan intensif atau disiapkan untuk dirujuk ke fasilitas kesehatan
yang lebih lengkap.
Bila ternyata harus dirujuk, pastikan :
a) Pasien dan keluarganya mendapat penjelasan tentang apa yang terjadi
b) Telah dibuatkan surat rujukan
c) Ada petugas yang menemani dan keluarga sebagai pendonor darah
Bila
setelah restorasi cairan masih belum terjadi perbaikan tanda vital,
tambahkan obat vasoaktif (dopamine) dengan dosis awal 2,5μgram per kg/BB
(dalam larutan gram isotonic). Naikkan perlahan-laha dosis tersebut
hingga mendapatkan efek optimal (dosis maksimal 15 sampai 20
μgram/menit). Pertahankan pada dosis yang menunjukkan adanya perbaikan
tanda vital. Hentikan dopamine apabila tanda vital mencapai nilai normal
dan produksi utrine dalam batas normal.
EMBOLI AIR KETUBAN
Definisi
Masuknya
cairan amnion ke dalam sirkulasi ibu menyebabkan kolaps pada ibu saat
waktu persalinan dan hanya dapat dipastikan dengan autopsi.
Patologi
· Kejadian
lebih sering terjadi pada kontraksi uterus yang kuat dengan spontan
atau induksi dan terjadi pada waktu ketuban pecah, serta terdapat
pembuluh darah yang terbuka pada plasenta atau serviks.
· Emboli
mengalir ke pembuluh darah paru-paru dan akan menyebabkan kematian
tiba-tiba atau syok tanpa adanya perdarahan dan akhirnya kematian (later death) karena DIC dan perdarahan postpartum.
Gejala Klinis
Kejadian ditandai dengan kolaps, sianosis, dan sesak nafas berat. Segera diikuti twitching, kejang dan gagal jantung kanan akut, dengan takikardia, edema paru, sputum berwarna kotor (frothy sputum). Jika tidak berakhir dengan kemtian, DIC akan terjadi dalam 1 jam dan menyebabkan perdarahan umum.
Pemeriksaan
· EKG : bukti dari adanya gagal jantung kanan
· X-Ray : tidak ada tanda-tanda spesifik pada dada
· Scanning paru : dengan teknetium-99m albumin menunjukkan defek perfusi
· Tes Laboratorium : adanya DIC
Diagnosis Diferensial
· Edema paru akut
· Sindroma aspirasi paru (Mendelson)
· Defek koagulasi yang lain
Pengobatan
Pengobatan segera termasuk sebagai berikut :
· Oksigen : pasang selang endotrakeal dan ventilasi tekanan positif dilakukan karena pasien pada umumnya tidak sadar.
· Aminofilin 0,5 g IV pelan-pelan untuk mengurangi bronkospasmus
· Isoprenalin 0,1 g IV untuk meningkatkan aliran darah ke paru dan aktivitas jantung
· Digoksin dan atropine : jika CVP meninggi dan secret paru yang berlebih
· Hidrokortison
1 g IV diikuti dengan pemberian melalui infus pelan-pelan yang
menyebabkan vasodilatasi dan meningkatkan perfusi jaringan
· Larutan bikarbonat : jika ada asidosis respiratorik
· Dekstran berat molekul rendah : menurunkan agregrasi trombosit dalam organ vital
· Heparin : untuk pengobatan DIC jika tidakn ada perdarahan aktif
· Persalinan pervaginam : lebih aman daripada seksio sesarea jika bayi belum lahir
SYOK KARDIOGENIK
Etiologi
Penyebab
utamanya adalah penyakit pembuluh darah yang berat. Pada syok
kardiogenik ventrikel kiri tidak mampu memompa darah yang cukup untuk
kebutuhan jaringan. Sebagai kompensasi terjadi takikardia, tetapi
hipervolemia dapat menyebabkan edema paru dan edema menyeluruh.
Kekurangan oksigen dapat menyebabkan kerusakan sel, kegagalan
multiorgan, dan kematian.
Tanda klinis
· Dilatasi vena-vena di leher
· Dispnea
· Desah sistol dan diastole
· Edema menyeluruh
Kardiomiopati
Kardiomiopati peripartum
adalah kelainan idiopatik yang terjadi pada bulan terakhir kehamilan
dan 6 bulan pascapersalinan. Faktor resiko antara lain : umur tua
multiparitas, kehamilan kembar, dan preeklamsia. Semua gejala yang
timbul menunjukkan gejala dan tanda kegagalan jantung kongestif.
Pengobatan terdiri atas, pemberian diuretic, vasodilator, digoeksin, dan
follow up yang ketat. Diagnosis dapat dilakukan dengan CT-scan pelvic. Pengobatan dilakukan dengan pemberian antibiotika spectrum kluas dan antikoagulasi standar.
Penyakit Arteri Koroner
Penyakit
arteri koroner jatung pada reproduksi, tetapi infark miokard dapat
terjadi karena stress hemodinamik yang berlebihan. Penanganannya sama
antara pada kehamilan dengan bukan hamil. Gejala klinik termasuk angina,
infark miokard, syok kardiogenik, dan kematian. Pada pascapersalinan
terjadinya penyakit mungkin karena diseksi yang disebabkan oleh
degenerasi kolagen dan stress saat persalinan. Pengobatan disesuaikan
dengan kebutuhan pasien.
Cardiac Arrest (Henti Jantung)
Definisi
Henti
jantung adalah suatu keadaan kolaps sirkulasi yang tiba-tiba karena
kegagalan jantung untuk memompakan darah secara adekuat.
Ada beberapa tipe henti jantung:
· Asistol: berhentinya aktivitas mekanik atau elektrik jantung
· Aktivitas yang cepat dan tidak efektif dari jantung: takikardia dan fibrilasi ventrikel
· Aktivitas yang lambat dan tidak efektif: brakikardia dan heart block total.
Dalam praktik hampir seluruhnya henti jantung terjadi karena asistol dan fibrilasi ventrikel.
Penyebab
Setiap syok obstetrik akan berakhir dengan syok kardiogenik, penyebab yang paling sering adalah:
· Perdarahan berat
· Hipoksia karena eklampsia atau anesthesia
· Sindrom mendelson: aspirasi lambung dengan pneumonitis
· Emboli dengan segala penyebabnya
Diagnosis/gejala-gejala
Kolaps
yang tiba-tiba dari system sirkulasi disertai dengan kehilangan
kesadaran, nadi tidak teraba (karotis maupun femur), apneu dan sianosis
dan dilatasi pupil yang menetap. Segala usaha untuk auskultasi jantung,
untuk monitor tekanan darah atau EKG adalah usaha yang sia-sia kecuali
memang sudah dimonitor pada waktu operasi.
Penanganan/Pengelolaan
Uluran
tangan sangat dibutuhkan untuk menyelamatkan pasien. Letakkan pasien
dalam posisi dorsal (terlentang) di atas lantai yang keras. Dengan satu
ibu jari satu tangan yang tertutup di atas sternum cukup untuk
memperbaiki keadaan, kemudian dilanjutkan dengan: tindakan/langkah
ABCDEF
· A-Airway
- Bersihkan jalan nafas dari muntah, darah, gigi, benda asing dan lain-lain
- Pertahankan jalan nafas dengan jalan:
o Menarik mandibula dan lidah
o Pasang airway
o Intubasi endotrakeal secepat mungkin
· B-Breathing
Lakukan salah satu dari tindakan berikut:
- Respirasi mulut ke mulut
- Pasang sungkup dan ambubag (balon resusitasi) dengan oksigen 100%
- Pasang pipa endotrakeal dan lakukan ventilasi tyekanan positif yang intermiten
· C-Cardiac Massage
- Dengan
meletakkan kedua pergelangan tangan di atas sternum, lengan dalam
keadaan lurus (ekstensi) berikan tekanan dengan seluruh berat badanke
atas sternum.
- Lakukan sampai pembuluh darah femoral dan carotid dapat dipalpasi
- Tekanan yang optimal 60 x/menit dengan pernafasan buatan 15x atau 4:1
· D-Drip ang drugs
- Berkan larutan Sodium bikarbonan 8,4 untuk mengatasi asidosis metabolic
- Berikan dosis awal 100 ml dan selanjutnya 10 ml tiap menit selama sirkulasi belum adekuat.
- Cardiac Stimulants (inotropic drug): dapat diberkan IV atau intrakardiak
o Adrenalin 0,5-1,0 mg
o Atropin 0,6 mg
o Dopamin 100 mg dalam 500 ml larutan
o Kalsium kloride 10% larutan
· E-Elektokardiogram
Untuk menentukan keberhasilan penanganan dan respon terapi
· Fibrillation treatment
Lakukan defibrilisasi langsung (direct current)
Daftar Pustaka
Prawirohardjo, Sarwono. 2009, Ilmu Kebidanan, Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Buku Paket Pelatihan Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Dasar Tahun 2008
Tidak ada komentar:
Posting Komentar