Senin, 24 Oktober 2011

Contoh Makala Penyakit Pneumonia


BAB I
PENDAHULUAN


I.1 LATAR BELAKANG
Sebelum zaman antibiotik, pneumonia bakteri menyebabkan morbiditas danmortalitas di beberapa negara dan merupakan suatu infeksi yang penting dansukar diatasi. Namun, pengobatan spesifik yang sekarang tersedia telah sangatmengubah pendekatan klinik terhadap penyakit ini. Banyak macam bakteri yangmenyebabkan infeksi paru baik pada individu yang sebelumnya sehat maupun pada mereka dengan penyakit dasar yang melemahkan. Oleh karena itu, kelompok kami akan membahas penyebab pneumonia oleh beberapa bakteri, perbedaangejala klinisnya, dan komplikasi yang dapat timbul.

I.2 PERUMUSAN MASALAH DAN RUANG LINGKUP
Masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah:
1.    Penyebab umum dari infeksi pneumonia bacteria
2.    Perbedaan bronchitis dan pneumonia bacteria
3.    Patogenesis pneumonia bacteria
4.    Diagnosis terhadap pneumonia bacteria
5.    Bakteri-bakteri penyebab pneumonia
I.3  TUJUAN PENULISAN
Tujuan dari penulisan masalah ini adalah untuk memberi penjelasan kepada pembaca tentang pneumonia yang disebabkan oleh bakteri.
I.4 METODE PENULISAN
Pada makalah ini penulis memakai metode kutipan, yang sumbernya dari berbagai referensi yang berkaitan dengan materi bahasan




I.5 SISTEMATIKA PENULISAN
Bab I PendahuluanI.
I.1 Latar Belakang
I.2 Perumusan Masalah
I.3 Tujuan Penulisan
I.4 Metode Penulisan
I.5 Sistematika penulisan
Bab II pembahasan
II.1.Pneumonia Bakterial
II.1.1 Daftarisi
II.1.2 Episemiologi
II.1.3 Patogenesi
II.1.4 Diagnosis
II.1.5 Pengobatan dan Pencegahan
II.2 Bentuk-Bentuk Pneumonia Bakteri
II.2.1 Pneumonia pneumokokus
II.2.2 Pneumonia Legionela
II.2.3 Pneumonia Haemophilus influenza
II.2.4 Pneumonia Stafilokokus
II.2.5 Pneumonia Streptokokus grup A
Bab III Penutup
III.1 Kesimpulan
BAB II
PEMBAHASAN

II.1    Pneumonia Bakterial
II.1.1 Definisi
Pneumonia adalah peradangan paru yang disebabkan oleh infeksi bakteri,virus maupun jamur. Pneumonia juga bisa terjadi setelah pembedahan (terutama pembedahan perut) atau cedera (terutama cedera dada), sebagai akibat daridangkalnya pernafasan, gangguan terhadap kemampuan batuk dan lendir yangtertahan. Sedangkan pneumonia bakterial adalah peradangan paru yangdisebabkan oleh infeksi bakteri.

II.1.2 Epidemiologi
  Pneumonia dapat terjadi di semua negara tetapi data untuk perbandingansangat sedikit, terutama di negara berkembang.Di Amerika pneumonia merupakan penyebab kematian keempat pada usia lanjut, dengan angka kematian 169,7 per100.000 penduduk. Tingginya angka kematian padan pneumonia sudah dikenalsejak lama, bahkan ada yang menyebutkan pneumonia sebagai “teman pada usialanjut”. Usia lanjut merupakan risiko tinggi untuk pneumonia, hal ini jugatergantung pada keadaan pejamu dan berdasarkan tempat mereka berada. Padaorang-orang yang tinggal di rumah sendiri insidens pneumonia berkisar antara 25 – 44 per 1000 orang dan yang tiaggal di tempat perawatan 68 – 114 per 1000orang. Di rumah sakit pneumonia usia lanjut insidensnya tiga kali lebih besar daripada penderita usia muda. Sekitar 38 orang pneumonia usia lanjut yangdidapat di masyarakat, 43% diantaranya disebabkan oleh Streptococcus pneumoniae, Hemophilus influenza dan virus influenza B; tidak ditemukan bakteri gram negatif. Lima puluh tujuh persen lainnya tidak dapat diidentifikasikarena kesulitan
II.1.3  Patogenesis
Pneumonia dapat terjadi akibat menghirup bibit penyakit di udara, ataukuman di tenggorokan terisap masuk ke paru-paru. Penyebaran bisa juga melaluidarah dari luka di tempat lain, misalnya di kulit. Bakteri pneumokokus secaranormal berada di tenggorokan dan rongga hidung (saluran napas bagian atas) padaanak dan dewasa sehat, sehingga infeksi pneumokokus dapat menyerang siapasaja dan dimana saja, tanpa memandang status sosial. Percikan ludah sewaktu bicara, bersin dan batuk dapat memindahkan bakteri ke orang lain melalui udara.Terlebih dari orang yang berdekatan misalnya tinggal serumah, tempat bermain,dan sekolah. Jadi, siapa pun dapat menularkan kuman pneumokokus.Bakteri masuk ke dalam paru-paru melalui udara, akan tetapi kadang kala juga masuk melalui sistem peredaran darah apabila pada bagian tubuh kita adayang terinfeksi. Sering kali bakteri itu hidup pada saluran pernafasan atas yangkemudian masuk ke dalam arteri. Ketika masuk ke dalam alveoli, bakterimelakukan perjalanan diantara ruang antar sel dan juga diantara alveoli. Denganadanya hal tersebut, sistem imun melakukan respon dengan cara mengirim seldarah putih untuk melindungi paru-paru. Sel darah putih (neutrofil) kemudianmenelan dan membunuh organisme tersebut serta mengeluarkan sitokin yangmerupakan hasil dari aktivitas sistem imun itu. Hal ini yang mengakibatkanterjadinya demam, rasa dingin (menggigil), lemah yang merupakan gejala umumdari pneumonia yang disebabkan oleh bakteri ataupun jamur. Neutrofil, bakteri,dan cairan mempengaruhi keadaan sekitarnya dan juga mempengaruhitransportasi O2.
Perjalanan bakteri dari paru-paru ke dalam peredaran darah mengakibatkan penyakit yang serius seperti sepsis, yaitu suatu keadaan tekanan darah rendahyang kemudian mempengaruhi sistem faal otak, ginjal, dan jantung.Adapun cara mikroorganisme itu sampai ke paru-paru bisa melalui:
-          Inhalasi (penghirupan) mikroorganisme dari udara yang tercemar 
-          Aliran darah, dari infeksi di organ tubuh yang lain
-          Migrasi (perpindahan) organisme langsung dari infeksi di dekat paru-paru.
Cara penularan bakteri pneumonia sampai saat ini belum diketahui pasti,namun ada beberapa hal yang memungkinkan seseorang beresiko tinggi terserang penyakit Pneumonia. Hal ini diantaranya adalah :
1.      Orang yang memiliki daya tahan tubuh lemah.Seperti penderita HIV/AIDS dan para penderita penyakit kronik seperti sakit jantung, diabetes mellitus. Begitupula bagi mereka yang pernah/rutinmenjalani kemoterapi dan meminum obat golongan Immunosupressant dalamwaktu lama, dimana mereka pada umumnya memiliki daya tahan tubuh(Imun) yang lemah
2.      Perokok dan peminum alkohol.
Perokok berat dapat mengalami iritasi pada saluran pernafasan (bronchial)yang akhirnya menimbulkan secresi muccus (riak/dahak), Apabila riak/dahak mengandung bakteri maka dapat menyebabkan pneumonia. Alkohol dapat berdampak buruk terhadap sel-sel darah putih, hal ini menyebabkan lemahnyadaya tahan tubuh dalam melawan suatu infeksi.
3.      Pasien yang berada di ruang perawatan intensive (ICU/ICCU)
Pasien yang dilakukan tindakan ventilator (alat bantu nafas) ‘endotrachealtube’ sangat beresiko terkena Pneumonia. Disaat mereka batuk akanmengeluarkan tekanan balik isi lambung (perut) ke arah kerongkongan, bilahal itu mengandung bakteri dan berpindah ke rongga nafas (ventilator) maka potensial tinggi terkena pneumonia.
4.      Menghirup udara tercemar polusi zat kemikal
Resiko tinggi dihadapi oleh para petani apabila mereka menyemprotkantanaman dengan zat kemikal (chemical) tanpa memakai masker adalah terjadi iritasi dan menimbulkan peradangan pada paru yang akibatnya mudahmenderita penyakit Pneumonia dengan masuknya bakteri atau virus.
5.      Pasien yang lama berbaring.Pasien yang mengalami operasi besar sehingga menyebabkannya bermasalahdalah hal mobilisasi merupakan salah satu resiko tinggi terkena penyakit pneumonia, dimana dengan tidur berbaring statis memungkinkan riak/muccus berkumpul dirongga paru dan menjadi media berkembangnya bakteri.

II.1.4Diagnosis
Pneumonia bakteri harus diperkirakan pada penderita yang tanda–tandainfeksinya meliputi menggigil, demam, dan gejala–gejala yang terdapat padasaluran pernapasan bawah. Jumlah awal neutrofil yang banyak diikuti dengankenaikan jumlah neutrofil perifer, namun neutropenia dapat juga ditemukan,terutama pada penderita pneumonia bakteri. Sinar – X dada akan menunjukkaninfiltrat, namun pada awal perjalanan infeksi atau pada penderita dehidrasi, sinar – X dapat menyesatkan. Walaupun kumpulan penemuan ini membantu dalammemberi kesan infeksi dalam paru, ia tidak dapat membuktikan penyebab pneumonia.Gejala :
·         Demam menggigil
·         Suhu tubuh meningkat
·         Batuk berdahak mukoid atau purulen
·         Sesak napas
Kadang nyeri dadaPemeriksaan Fisik :
·         Tergantung luas lesi paru
·         Inspeksi : bagian yang sakit tertinggal
·         Palpasi : fremitus dapat mengeras
·         Perkusi : redup
Auskultasi : suara dasar bronkovesikuler sampai bronkial, suaratambahan bronki basah halus sampai bronki basah kasar pada stadiumresolusi.
 
Pemeriksaan Penunjang
  • Gambaran radiologis: foto toraks PA/ lateral, gambaran infiltrat sampaigambaran konsolidasi (berawan), dapat disertai
air bronchogram
  • Pemeriksaan laboratorium: terdapat peningkatan jumlah leukosit lebih dari10.000/μl kadang dapat mencapai 30.000/μl.
  • Untuk menentukan diagnosis etiologi dilakukan pemeriksaan biakandahak, biakan darah, dan serologi.
  • Analisis gas darah menunjukkan hipoksemia; pada stadium lanjut asidosisrespiratorik.

II.1.5 Pengobatan dan Pencegahan
Jika pneumonia disebabkan oleh bakteri, diberi antibiotik.Antibiotik dipilih berdasarkan umur, kondisi kronik, apakah penderita merokok atau minum alkohol, dan selain itu pengobatan apa yang sedang penderita jalani pada saat dilakukan test ini. Penderita harus memberitahukan dokter tentang hal apa saja yang membuat kita alergi.
Mengurangi minum alkohol dapat membantu dalam mengatasi hidrasi.Hal ini juga membantu melawan pneumonia. Obat penurun demam, contohnyaacetaminophen (Tylenol) atau ibuprofen (Advil) mungkin juga dapatmembantu agar lebih baik 
Pneumonia yang didapat di rumah sakit cenderung bersifat lebih serius karena pada saat menjalani perawatan di rumah sakit, sistem pertahanan tubuh penderita dalam melawan infeksi seringkali terganggu. Selain itu,kemungkinannya terjadinya infeksi oleh bakteri yang resisten terhadapantibiotik adalah lebih besar.
Untuk orang-orang yang rentan terhadap pneumonia, latihan bernafas dalamdan terapi untuk membuang dahak, bisa membantu mencegah terjadinya pneumonia.

.II.2 Bentuk-bentuk Pneumonia Bakteria Spesifik 
II.2.1Pneumonia Pneumokokus
Streptococcus pneumonia adalah diplokokus gram positif yangmemerlukan media yang diperkaya untuk pertumbuhan
in vitro. Pada kalori platagar darah menghasilkan hemolisis alfa, atau hijau. Bila berkapsul besar, kolonitampak mukoid. Organisme ini adalah anaerob fakultatif yang sering sukar dipertahankan dalam biakan karena autolisis yang dilakukan oleh enzim endogen, amidase muramil L-alanin, Enzim ini diaktifkan oleh berbagai rangsangantermasuk empedu. Streptococcus pneumoniae sensitif terhadap opthokin dan sifatini digunakan untuk mengenali organisme ini bila diisolasi dalam biakan.
Reaksi serologis dari polisakarida kapsul mengenal lebih dari 80 serotip Streptococcus pneumonia tersendiri. Jumlah polisakarida kapsul yang dihasilkanoleh organisme berkorelasi secara kasar dengan virulensi dalam serotip spesifik.Dengan Streptococcus pneumonia tipe 3 dengan kapsul besar pada umumnyalebih virulen daripada pneumokokus tipe 3 dengan polisakarida kapsul kurang. Normalnya, manusia resisten terhadap organisme ini yang merupakan bagian dariflora normal nasofaring. Streptococcus pneumonia yang melekat baik pada selepitel saluran pernafasan tampak lebih patogen daripada yang kurang melekatkuat. Dengan inhalasi ke dalam saluran pernafasan bawah, jika tidak terdapatantibodi alveoli yang spesifik untuk polisakarida kapsul, organisme membelah dirikemudian terjadi udem serta neutrofil mengisi alveoli. Mekanisme kerusakan selalveolus yang menimbulkan respons radang tidak digambarkan dengan jelas.Berbeda dengan streptokokus grup A,Streptococcus pneumonia tidak menghasilkan toksin. Kapsul menghambat fagositosis oleh neutrofil. Bersamaopsonin (antibodi spesifik/ komplemen), penelanan dan pembunuhan organismeoleh fagosit berlangsung cepat. Jika tidak ada terapi antibiotik, penyembuhan dihubungkan dengan antibodi spesifik. Tanpa terapi, infeksi dapat menyebar melalui saluran limfa ke nodus hilus dan organ yang berdekatan, secarahematogen menghasilkan infeksi metastatik.
Pneumonia yang disebabkan oleh Streptococcus pneumonia adalah bentuk infeksi paru yang paling sering memerlukan perawatan di rumah sakit. Ia dapat juga terjadi pada setiap kelompok umur dan pada latar belakang kesehatan yang baik juga pada adanya penyakit yang mendasari. Pada musim dingin, ”musimsakit saluran pernafasan”, jumlah individu normal bertambah yang mengidap penyakit Streptococcus pneumonia tidak bergejala dalam faringnya. Dengandemikian, manusia merupakan organisme reservoir yang paling penting darimikroorganisme ini. Aspirasi Streptococcus pneumonia atau pneumokokus, kedalam saluran pernafasan bawah diperkuat oleh penyakit virus pernafasan atassebelumnya yang mengganggu mekanisme saluran pernafasan atas normal.Lagipula, meminum alkohol menambah resiko terjadinya pneumonia pneumokokus.

Diagnosis
Diagnosis pneumonia ditegakkan berdasarkan riwayat penyakit, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Diagnosis etiologik, berdasarkan pemeriksaan mikrobiologik dan / atau serologik sebagai dasar terapi yang optimal. Namun penemuan bakteri penyebab tidak selalu mudah oleh karena memerlukanlaboratorium penunjang yang memadai, dan bila pemeriksaan mikrobiologik dapat dilakukan pun tidak selalu kuman penyebab dapat ditemukan. Oleh karenaitu WHO mengembangkan pedoman klinik diagnosis dan tatalaksana pneumonia pada anak. Tujuannya ialah menyederhanakan kriteria diagnosis menjadi sejumlahkecil tanda fisik yang langsung dapat dideteksi, membuat suatu sistem klasifikasi penyakit dan menentukan dasar pemakaian antibiotik. Pedoman ini meliputi penilaian demam, status nutrisi, letargi, sianosis, frekuensi nafas, observasidinding dada untuk mendeteksi retraksi dan auskultasi untuk mendeteksi stridor dan wheezing . Berdasarkan pedoman tersebut pneumonia dibedakan atas :
1.            Pneumonia sangat berat, (bila ada sianosis sentral dan tidak sanggup minum), harus di rawat di RS dan pemberian antibiotik.
2.            Pneumonia berat (bila ada retraksi, tanpa sianosis danmasih sanggup minum), harus di rawat di RS dan pemberian antibiotik.
3.            Pneumonia (bila tidak ada retraksi tetapi nafas cepat)
-          60/menit untuk bayi < 2 bulan
-          50/ menit pada anak 2 bulan – 1 tahun
-          40/ menit pada anak 1 tahun – 5 tahun (tidak perlu di rawat dan pemberian antibiotic oral)
4.            Bukanpneumonia (bilatidak adanafascepat,tidakperlu dirawat, tidak perlu antibiotik namun dilakukan pemeriksaan lain dan pengobatan yang sesuai.

Anamnesis :
Pasien biasanya mengalami demam tinggi, batuk, gelisah, rewel, sukar  bernafas atau pernafasan yang cepat. Pada bayi gejalanya tidak khas, seringkalitanpa demam dan batuk. Pada anak-anak kadang mengeluh nyeri kepala, nyeriabdomen disertai muntah.
Pemeriksaan Fisik :
Manifestasi klinis yang terjadi akan berbeda-beda berdasarkan kelompok umur tertentu. Takipneu merupakan tanda klinis yang sangat sensitif, tetapimungkin dihubungkan dengan gangguan lainnya (misalnya diabetik ketoasidosis,keracunan salisilat, benda asing, bronkiolitis, dan asma). Sering ditemukan suara pernafasan yang abnormal (rales), tetapi mungkin juga tidak ditemukan,tergantung pada jenis proses pneumonia. Produksi sputum jarang terjadi padaanak-anak kecil (misalnya, umur < 6 tahun). Pada neonatus sering dijumpaitakipneu, retraksi dinding dada, grunting, dan sianosis. Pada bayi yang lebih tua jarang ditemukan grunting. Gejala yang sering terjadi adalah takipneu, retraksi,sianosis, batuk, panas dan iritabel. Pada anak pra sekolah, gejala yang seringterjadi adalah demam, batuk (non produktif/produktif), takipneu, dan dispneuyang ditandai dengan retraksi dinding dada. Pada kelompok anak sekolah danremaja, dapat dijumpai panas, batuk (non produktif/produkti), nyeri dada, nyerikepala, dehidrasi dan letargi. Pada semua kelompok umur akan dijumpai adanyanafas cuping hidung. Pada auskultasi, dapat terdengar suara pernafasan menurun. Fine crackles (ronkhi basah halus) yang khas pada anak besar, bisa tidak ditemukan pada bayi. Gejala lain pada anak besar adalah dull (redup) pada perkusi, vokal fremitus menurun, suara nafas menurun, dan terdengar finecrackles (ronkhi basah halus) di daerah yang terkena. Iritasi pleura akanmengakibatkan nyeri dada, bila berat gerakan dada menurun waktu inspirasi, anak  berbaring ke arah yang sakit dengan kaki fleksi. Rasa nyeri dapat menjalar keleher, bahu dan perut.

Diagnosis Banding
-          Decompensatio CordisKeluhan sesak biasanya berhubungan dengan aktivitas (sesak terutamadirasakan penderita bila beraktivitas).
-          CHD (Chronic Heart Dissease)Ditandai dengan sianosis disekitar mulut atau ujung-ujung jari.
-          Aspirasi benda asing
Ada riwayat tersedak atau tenggelam.
Secara klasik, infeksi ini mulai dengan mendadak, ditandai oleh satukekakuan yang berat, dan disertai oleh kenaikan suhu yang sangat cepat dan batuk  produktif sputum seperti karat besi. Penderita biasanya dispnea dan seringmengeluh dari dada pleuritis. Pemeriksaan dada menunjukan adanya konsolidasilobus, termasuk ekspansi thorak terbatas pada sisi yang terkena, fermitus rabaan bertambah, perkusi redup, suara pernapasan bronkhial dan bronki. Tidak jarangtanda-tanda fisik konsolidasi tidak ada, terutama jika penderita ditemukan awal pada perjalanan infeksi. Lagipula, riwayat klasik penyakit akut dapat tidak adaatau sangat berbeda. Misal, individu tua mengeluh hanya demam dan nafas pendek dan sering tidak mampu menghasilkan sputum.
Laboratorium biasanya memberikan bukti infeksi tambahan. Sel darah putih perifer khas naik, dan ada banyak bentuk neutrofil muda yang terlihat pada pulasan, yang disebut pergeseran ke kiri. Gas darah arteri akut sering menunjukanhipoksemia yang jelas. Oksigen arteri menggambarkan shunt 
darah yang jelasdalam pembuluh peredaran darah paru.
Pada penderita yang tidak diobati, suhu tetap tinggi selama 7-10 hari.”Krisis” pada akhir masa ini ditandai oleh kenaikan demam yang cepat sampai Setinggi150⁰ F dan dihubungkan dengan munculnya kadar antibodi serumterhadap polisakarida kapsul dari pneumokokus penginfeksi. Bila puncak demamdicapai, suhu turun dengan cepat pada normal atau di bawahnya. Krisis kadang-kadang dihubungkan dengan kolaps kardiopulmoner, tetapi lebih seringmenandakan permukaan konvalesen. Terapi antibiotik yang sesuai, dengan penisilin G atau eritromisisn, pada kebanyakan individu sehat muda dihubungkandengan penurunan demam yang cepat. Pada penderita yang lemah atau tua, berbeda, suhu sering turun lebih lambat, memerlukan 5-7 hari untuk mencapaitingkat normal. Komplikasi yang lazim pada zaman sebelum antibiotik meliputiempiema, perikarditis, artitis piogen, endokarditis, dan meningitis. Empiema dan perikarditis disebabkan oleh perluasan langsung infeksi pada tempat yang berdekatan; komplikasi lainnya menggambarkan infeksi metastatik menyertai bakteremia. Terapi antibiotik sangat mengurangi prevalensi komplikasi ini kecuali pada penderita yang lambat mencari pertolongan medis atau yang mempunyaicacat pertahanan hospes seperti hipogamaglobulinemia. Respon awal terhadapterapi antibiotik dapat disertai oleh kumatnya demam. Ini dapat disebabkan oleh perkembangan salah satu komplikasi pneumonia pneumokokus tersebut di atas,atau ia dapat menggambarkan reaksi hipersensitivitas terhadap antibiotik yangdigunakan dalam pengobatan. Yang jarang terjadi adalah efusi pleura non purulensteril, dalam reaksinya terhadap pneumonia yang mendasari, adalah penyebab daridemam baru. Demam obat dapat menyerupai demam yang terjadi pada infeksi.Suhu dapat naik setiap hari sehingga kurva demam menyerupai pagar pancang.Pada penderita lain demam obat berakibat kenaikan suhu terus menerus yangditandai oleh variasi diurna yang menurun. Reaksi hipersensitif ini berespondalam 2-3 hari penghentian pemberian antibiotik. Demam obat sering terjaditanpa ruam, eosinofilia atau manifestasi lain dari respon energi
Pemeriksaan Penunjang
1.      Pemeriksaan Laboratorium
      Umumnya pada pneumonia bakteri didapatkan leukositosis, dengan predominan polimorfonuklir. Namun bila terdapat leukopenia menunjukkan prognosis buruk. Kadang-kadang ditemukan anemia ringan atau sedang. Cairan pleura menunjukkan eksudat dengan sel polimorfonuklir berkisar 300-100.000/mm3, protein diatas 2,5 g/dl dan glukosa darah. Pada infeksisterptokokus didapatkan titer antistreptolisin serum meningkat dan dapatmenyokong diagnosis.
         Untuk pemeriksaan mikrobiologik, spesimen dapat berasal dari usaptenggorok, sekresi nasofaring, bilasan bronkus, atau sputum, darah, aspirasitrakea, pungsi pleura, aspirasi paru. Diagnosis baru definitif bila kumanditemukan dari darah, cairan pleura atau aspirasi paru.
      Sebagai upaya diagnosis cepat akhir-akhir ini dikembangkan berbagai pemeriksaan imunologik dalam mendeteksi baik antigen maupun antibodispesifik terhadap kuman penyebab. Spesimen yang dipakai ialah darah atauurin. Teknik pemeriksaan yang dikembangkan antara lain counter immunoelectrophoresis, ELISA, latex agglutination atau coaglutination.Walaupun menjajikan harapan namun upaya ini belum sepenuhnyamemuaskan.
2.      Pemeriksaan radiologik 
        Gambaran radiologik pneumonia pneumokokus bervariasi dari infiltratringan sampai bercak-bercak konsolidasi merata (bronkopneumonia) kedualapang paru atau konsolidasi pada satu lobus (pneumonia lobaris). Perubahanradiologi tidak selalu berhubungan dengan gambaran klinis. Kadang-kadangkonsolidasi sudah ditemukan pada radiologi sebelum timbul gejala klinik. Pada bayi dan anak kecil gambaran konsolidasi lobus jarang ditemukan. Efusi pleuradengan adanya cairan sering ditemukan terutama pada permulaan penyakit dan pada pasien yang belum dapat terapi namun belum merupakan empiema.
         Resolusi infiltrat sering memerlukan waktu lebih lama setelah gejala klinik menghilang. Menetapnya gambaran infiltrat menunjukkan adanya proses yangmendasarinya seperti adanya benda asing atau defisiensi imun.
         Pada pneumonia streptokokus gambaran radiologik menunjukkan bronkopneumonia difus atau infitrat interstitial, sering disertai efusi pleurayang berat. Kadang-kadang terdapat adenopati hilus.
         Pneumonia stafilokokus mempunyai gambaran radiologik tidak khas pada permulaan penyakit. Infiltrat mula-mula berupa bercak-bercak dan kemudianmemadat dan mengenai keseluruhan lobus atau hemitoraks. Perpadatanhemitoraks umumnya mengenai paru kanan (65%), hanya kurang 20% yang mengenai kedua paru (bilateral). Efusi pleura atau empiema sering terjadi,seperempatnya berupa piopneumotorak. Sering pula ditemukan abses-abseskecil dan pneumatokel dengan berbagai ukuran.
         Walaupun tidak khas, namun bila terjadi progresifitas yang sangat cepatyaitu terjadinya efusi pleura atau piopneumatorak dalam beberapa jam denganatau tanpa pneumatokel dapat merupakan indikasi kuat adanya pneumoniastafilokokus. Foto dada dibuat dengan frekuensi yang lebih sering terjadi jikatersangka pneumonia stafilokokus. Perbaikan klinik biasanya mendahului perbaikan radiologik dengan beberapa hari sampai beberapa minggu dan pneumatokel mungkin menetap secara asimptomatik sampai berbulan-bulan.
         Angka mortalitas untuk betnuk pneumonia ini tetap pada 15-20 %walaupun tersedia terapi kuratif antibiotik. Sekitar saru dalam lima penderitadengan pneumonia pneumokokus mempunyai biakan darah positif sebelummulai pengobatan. Bakteremia, keterlibatan banyak lobus, umur tua, daninfeksi metastatik semua secara sendiri-sendiri memperjelek prognosis.Individu yang displenektomi juga beresiko besar untuk berkembangnya infeksimendadak dengan kolaps sirkulasi dan koagulasi intravaskuler tersebar sebagaiakibat dari bakteremia infek pneumokokus.
         Kapsul polisakarida Streptococcus pneumonia menghambat fagositosisorganisme oleh neutrofil. Antibodi terhadap kapsul berperan sebagai opsonindan protektif. imunisasi yang dirancang bangun untuk merangsang terjadinyaantibodi spesifik terhadap polisakarida kapsul terbukti mengurangi frekuensiinfeski pneumokokus sebelum zaman antibiotik dengan tersedianya penisilin Gyang luar dan agen efektif lain, perkembangan vaksin lebih lanjut dihentikansesudah perang dunia kedua. Realisasi bahwa infeksi pneumokokus bakteremiaterus menerus terkait dengan mortalitas tinggi memeperbaharui minat dalammengembangkan cara pencegahan bentuk pneumonia yang sering mematikanini. walaupun ada lebih dari 80 serotin, sejumlah terbatas menyebabkansebagian besar pneumonia bakteremia. Oleh karena itu vaksin yang berisi polisakarida dari 23 serotin yang paling sering terkait dengan bakteremia telahdikembangkan untuk penggunaan pada individu ”resiko tinggi”, termasuk mereka dengan defisiensi imun, pasca splenektomi, penyakit jantung dan parukroni, serta orang tua. Perdebatan tentang penggunaan vaksin berlanjut sejak  perkenalannya pada penggunaan klinik.

II.2.2Pneumonia Legionela
 Legionella pneumophila merupakan bakteri gram negatif berukuran 2-20µm, berbentuk basil, tipis, dan bersifat aerob. Legionella mempunyai membrandalam dan membran luar, pili (fimbrae) dan dapat bergerak akibat adanya flagel polar tunggal.

  
mereka dengan defisiensi imun, pasca splenektomi, penyakit jantung dan parukroni, serta orang tua. Perdebatan tentang penggunaan vaksin berlanjut sejak  perkenalannya pada penggunaan klinik.

II.2.2Pneumonia Legionela
 Legionella pneumophila merupakan bakteri gram negatif berukuran 2-20µm, berbentuk basil, tipis, dan bersifat aerob. Legionella mempunyai membrandalam dan membran luar, pili (fimbrae) dan dapat bergerak akibat adanya flagel polar tunggal.
Siklus hidup Legionella terdiri dari dua fase utama, yaitu fase replikatif dimana bakteri tidak bergerak dan toksisitasnya rendah; dan fase infeksi dimana bakteri menjadi lebih pendek, tebal, timbul flagela, dan toksisitasnya tinggi.Spesies dari Legionella mudah berkembang biak baik di dalam air keranatau bahkan di lingkungan yang umumnya tidak mendukung perkembangbiakan bakteri seperti pada sel fagositik. Ironisnya, mereka tidak mudah dibiakkan padamedia laboratorium biasa, melainkan hanya dapat dikembangbiakkan pada mediacomplex broth yang menyediakan nutrisi yang diperlukan. Faktor pertumbuhanutama yang diperlukan adalah L-cystein. Ion besi dan komponen lainnya jugadiperlukan untuk pertumbuhan optimal bakteri Legionella. Energi diperolehterutama dari asam amino, bukan karbohidrat. Apabila peristiwa fagositik dicegahdengan cytochalasin, pertumbuhan bakteri menurun akibat tidak adanya aksesmenuju intraseluler tubuh.

Manifestasi Klinik 
 L. pneumophila dapat menyebabkan timbulnya penyakit pneumonia akutyang disebut legionellosis. Legionellosis ini dapat bervariasi dari ringan (tidak  perlu rawat inap) sampai pneumonia multilobar fatal. Legionellosis merupakan penyakit infeksi pernafasan yang dapat dimanifestasikan menjadi dua macam:
1.      Penyakit Legionnaire’s
Gejala klinis dari penyakit Legionnaire’s adalah demam, panas dingin,dan batuk dengan produksi sputum yang sedikit. Gejala ekstrapulmonariseperti sakit kepala, bingung, kaku otot, dan gangguan pencernaan dapatterjadi. Masa inkubasi dari penyakit ini adalah 2-10 hari, umumnya 5-6 hari
2.      Demam Pontiac
Demam Pontiac lebih jarang terjadi dan bersifat lebih ringan dengangejala mirip influenza termasuk demam, sakit kepala dan sakit otot, tanpagejala dari pneumonia. Penyakit ini sering disebut sebagai nonpneumoniclegionellosis. Masa inkubasi dari demam Pontiac adalah 5-66 jam, umumnya24-48 jam.
Selain legionellosis, bakteri Legionella pneumophila juga dapatmenyebabkan penyakit paru extrapulmonari (contohnya perikarditis danendokarditis) tetapi frekuensinya lebih jarang.Efek lebih lanjut yang dapat terjadi jika penyakit ini tidak diobati dengan baik adalah destruksi dari jaringan paru dan alveolus sehingga pertukaran gas berkurang. Inflamasi kronik juga dapat terjadi dan menghancurkan jaringan disekitar paru sehingga memicu timbulnya empyema dan kerusakan paru. Padaibu hamil yang terjangkit Legionellosis, terjadi peningkatan angka keguguran.Legionellosis dapat bersifat mortal/mematikan dengan jumlah kematian rata-rata lebih dari 30% penderita.

Patogenesis Legionellosis
Patogenesis dari infeksi Legionella bermula dari sediaan air/air minumyang mengandung bakteri virulen atau luka yang terinfeksi oleh bakteri ini.Infeksi bermula pada saluran pernafasan bagian bawah. Makrofag alveolus, yangmerupakan pertahanan utama melawan infeksi bakteri berusaha untuk menelan bakteri. Tetapi, Legionella merupakan parasit intraseluler fakultatif dan dapat bermultiplikasi secara bebas di dalam makrofag.
 
Epidemiologi dari Legionellosis     
Spesies Legionella tersebar luas di lingkungan kita. Legionella dapatditemukan pada alat pendingin, alat pelembab udara, wadah penyimpan air minum, bahkan pada tangki penampung air panas. Penyebaran dengan penularantidak terjadi. Daya hidup Legionella tinggi, disebabkan daya tahannya yang tinggiterhadap efek klorin dan panas. Transmisi terjadi melalui aerosolisasi, penyemprotan dari air yang terkontaminasi dengan Legionella ataupun infeksiluka akibat terkontaminasi oleh air yang mengandung Legionella. Penyakit inidapat bersifat epidemik atau personal, dan dapat terjadi pada suatu komunitas ataudi dalam rumah sakit. Manusia di segala usia dapat terinfeksi Legionellosiswalaupun lebih sering terjadi pada usia pertengahan/lebih tua dan resiko terinfeksimeningkat pada perokok, peminum, penderita kelainan paru kronik, konsumenobat imunosupresi (termasuk kemoterapi dan medikasi steroid) dan yangkekebalan tubuhnya rendah. 

Pemeriksaan Diagnostik 
Pemeriksaan dapat dilakukan dengan pemeriksaan fisik, yaitu pemeriksaansuara paru melalui stetoskop. Apabila terjadi Legionellosis, dokter akanmendengar suara abnormal yang berat (crackles). Pemeriksaan fisik lainnyameliputi pemeriksaan apakah pasien mengalami demam, nafas cepat dan berat,takikardi/bradikardi, cyanosis, gangguan mental, dan gangguan pendengaran.
Pemeriksaan fisik seperti yang disebutkan di atas sifatnya tidak spesifik.Untuk pemeriksaan yang lebih spesifik, dapat dilakukan uji laboratorium antaralain :
1.      Pemeriksaan darah
·         Hitung sel darah, termasuk hitung sel darah putih. Pada pasien (+)legionellosis, dapat terjadi leukositosis tapi sifat pemeriksaan ini tidak spesifik mengingat penyakit infeksi lainnya juga dapat menimbulkanleukositosis; dan leukopenia (jumlah sel darah putih < 5000).
·         Kultur darah menunjukkan sensitivitas rendah pada pneumonia. Fungsidari kultur darah ini hanya sebatas untuk mengetahui potensi antibiotik yang sesuai.
·         Hiponatremia (kadar Natrium darah <130 mEq/L) dan mikrohematuria.
·         Laju sedimentasi eritrosit

2.      Pemeriksaan sputum
·         Pemeriksaansputum dengan menggunakan antibodi fluoresen spesifik Legionella, tetapi peluang memberikan hasil negatif-palsunya tinggi.
·         Pada hitungleukosit, harus ditemukan lebih dari 25 sel per lapangan pandang sempit.

3.      Pemeriksaanurin
·         Uji urin untuk memeriksa adanya bakteri L. pneumophila. Uji ini akurat terutama untuk Legionella serogroup 1, tetapi 30% infeksi Legionellosis tidak disebabkanoleh organisme serogroup 1. Hasil laboratorium dapat diketahui dalam jangka waktu kurang dari 14 hari.
·         Teknik PCR (Polymerase Chain Reaction) memiliki sensitivitas yang lebih tinggiterhadap adanya spesies Legionella, tetapi keterbatasan teknik PCR ini diIndonesia menjadikannya jarang digunakan. Dengan teknik ini, DNALegionella dapat dideteksi di dalam sampel urin dan atau serum pada 18dari 28 pasien dengan legionellosis, tetapi pasien dengan pneumonia yangdisebabkan oleh organisme lain tidak terdeteksi oleh PCR.
·         Tes HidrosenseTidak seperti analisa rutin yang dapat memakan waktu hingga 14 hari, tesHidrosense ini hanya memakan waktu 25 menit. Aplikasi alat ini miripdengan alat tes uji kehamilan dan memiliki tingkat sensitivitas yang tinggi,yaitu 100 cfu/mL urin.
4.      Pemeriksaan lainnya
·         X-Ray paruPenemuan pada sinar X dapat bervariasi. Pneumonia dapat lobar, tetapilebih sering tampak sebagai bronkopneumonia yang melibatkan banyak lobus dengan atau tanpa efusi pleura.
·         Radiografi pada bagian dada Dengan pemeriksaan ini, Legionellosis dapat terdeteksi denganditemukannya bakteri Legionella pada bagian bawah paru

Pengobatan
Untuk mengobati infeksi Legionellosis, dapat digunakan antibiotik.Pengobatan diberikan segera setelah pasien di-suspect menderita Legionnaire’s,tanpa perlu menunggu hasil laboratorium. Antibiotik yang umumnya digunakanuntuk mengobati penyakit ini adalah :
-                    Quinolon : siprofloxacin, levofloxacin, moxifloxacin, gatifloxacin
-                    Makrolida : azithromisin, clarithromisin, eritromisin
Antibiotik yang terbukti efektif adalah eritromisin, siprofloksasin,tetrasiklin dan rifampin. Eritromisin adalah bentuk terapi yang paling luasdigunakan, dan umumnya IV, 1 gram setiap 6 jam. Penisilin dan sefalosporintidak efektif karena organisme ini, kecuali L. micdadei, menghasilkan betalactamase yang membuat mereka resisten terhadap agen beta-laktam.Pengobatan lain mencakup:
-     Penukaran cairan dan elektrolit tubuh
-     Pemberian oksigen melalui masker atau breathing machine
-     Pencegahan
Pencegahan dapat dilakukan dengan mengolah air yang terkontaminasidengan bakteri L. Pneumophila, sehingga dapat mencegah penyebaran lebih lanjutdari penyakit ini.
II.2.3. Pneumonia Haemophilus influenza
            Haemophilus influenza adalah penyebab lazim infeksi saluran pernapasan bawah pada anak-anak, seperti meningitis,cellulitis,epiglottitis,septic arthritis,   pneumonia, dan pleural atau gallbladder empyema. Pada orang dewasa infeksiserius jarang terjadi. Kebanyakan strain
 Haemophilus influenza berkapsul polisakarida yang menghambat fagositosis oleh neutrofil bila tidak ada antibodiopsonin.
 
Pada anak-anak, pemaparan terhadap H. influenza tipe b diduga berakibatimunitas dan memperkecil infeksi yang disebabkan oleh serotip berkapsul ini padaorang dewasa. Enam tipe antigenic polisakarida kapsul H. influenza
telahdibedakan: tipe a sampai f. Tipe b sejauh ini adalah paling sering menyebabkaninfeksi serius.
Patogenesis infeksi paru yang disebabkan oleh H. influenza serupa dengan pneumonia yang dihasilkan oleh pneumokokus. Organisme yang menempatisaluran pernapasan atas, mencapai saluran pernapasan bawah bila mekanisme pertahanan normal diubah, biasanya oleh infeksi virus atau minum alcohol.Organisme berpenetrasi ke epitelium nasofaring dan mencapai saluran pernapasan bawah melalui darah kapiler. Jika organisme berkapsul, fagosistosis olehmakrofag alveolar dan neutrofil dihambat. Pembelahan bakteri oleh suatu reaksiradang dan gejala-gejala pneumonia. Gambaran klinis dari pneumonia yangdisebabkan oleh H. influenza adalah dispnea berat, demam, batuk, dan nyeri dada.
Pemeriksaan terhadap adanya infeksi H. influenza
dapat dilakukan beberapa cara, yaitu :
1)     Kultur bakteri yang diambil dari sampel seperti sputum, sapuan tenggorokan,nasopharyngeal sekret, aspirasi trakea, aspirasi paru, cairan pleural, blood,CSF, dan urin.
2)     Sinar-x dada sering menunjukan bronkopneumonia difus yang melibatkan banyak lobus.
Pengobatan dengan ampisilin sebelumnya efektif. Namun semakin bertambahnya persentase dari strain berkapsul (tipe b) dan tidak berkapsul yangsekarang menghasilkan beta-laktamase dan resisten terhadap ampisilin dan

terhadap sepalosporin generasi pertama. Alternatif lain yang sekarang masihdikembangkan yaitu cefuroxime dan levofloxazin.
Pencegahan infeksi H. influenza penting untuk dilakukan, biasanya dengancara pemberian vaksin pada anak, menutup mulut ketika bersin atau batuk, danmenjaga kebersihan.

II.2.4. Pneumonia Stafilokokus
Pneumonia lebih banyak disebabkan oleh adalah Staphylococcus aureus, pneumokokus, Haemophilus influenza atau kombinasi ketiganya.
Pneumonia Stafilokokus adalah peradangan paru-paru yang disebabkanoleh bakteri stafilokokus. Angka kematian akibat pneumonia stafilokokus adalahsebesar 15-40%, karena penderita pneumonia stafilokokus biasanya sudahmemiliki penyakit yang serius.
Stafilokokus menyebabkan gejala-gejala pneumonia yang khas, yaitudemam dan menggigil lebih lama daripada  pneumonia pneumokokus
.Gejala lainnya yang mungkin ditemukan :
·         batuk berdahak (dahaknya bisa menyerupai lendir, berwarna kehijauan ataumenyerupai nanah)
·         lelah
·         nyeri dada (sifatnya tajam dan semakin memburuk jika penderita menarik nafas dalam atau batuk)
Stafilokokus bisa menyebabkan abses (pengumpulan nanah) di paru-parudan kista paru yang mengandung udara (pneumatokel ), terutama pada anak-anak.Bakteri bisa terbawa oleh aliran darah dan membentuk abses di tempat lain.Yang sering terjadi adalah pengumpulan nanah di ruang pleura (empiema).
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik (pada pemeriksaan dengan menggunakan stetoskop akan terdengar bunyi pernafasanyang abnormal.
Pemeriksaan lainnya yang biasa dilkukan:
·         Rontgen dada
·         Biakan dahak 
·         Pemeriksaan darah.
Pengobatan terdiri dari pemberian antibiotik. Jika terjadi empiema, makananahnya bisa dikeluarkan dengan bantuan sebuah jarum atau selang.Infeksi paru yang disebabkan oleh Stafilococcus aureus merupakan bentuk  pneumonia yang jarang kecuali pada penderita dengan kerusakan imun dankadang-kadang pada bayi serta anak-anak.Permulaan kliniknya biasanya berbeda dari permulaan klinik infeksi pneumokokus, infeksi stafilokokus paru mulai dengan tidak kentara; jarangmenggigil, tetapi demam tinggi dan penderita tampak septic, sputum dapat purulen dan secara klasik disebutkan berwarna pink-salmon. Namun pada banyak  penderita, ia berwarna darah, dan pada beberapa penderita produksi sputumsedikit, terutama pada awal perjalanan infeksi.
Jika sputum ada, kelompok stafilokojkus seperti anggur dengan mudah ditunjukkan dengan pengecatan gram.Karena penyakit berjalan terus, radiografi dada sering menunjukkan lesi kaverna-kecil multiple, atau beberapa abses atau satu atau dua rongga abses besar dengan batas cairan-udara. Komplikasi meliputi penyebaran infeksi pada pleura(empiema) atau pericardium, dan infeksi (dengan bakteremia) katup jantung(endokarditis), tulang, ginjal atau meningen.Antibiotik pilihan untuk pengobatan infeksi stafilokokus berat adalah penicillin resisten-pennisilinase.
Saat ini yang paling sering digunakan dariantibiotik ini adalah nafsilin atau oksasillin. Sebagian besar (90%) dari yangdidapat di masyarakat, juga yang di dapat di rumah sakit, Pneumonia S. aureus adalah resisten-penisillin. Jumlah organisme ini yang resisten-metisillin. Jumlahorganisme ini yang resisten metisillin (MRSA = methicillin-resistantStafilococcus aureus) semakin bertambah. Prevalensi infeksi MRSA yangsemakin bertambah juga terdokumentasi pada populasi yang secara epidemiologisterbatas seperti penyalah-guna obat intra vena, tetapi mereka semakin bertambah prevalensinya diseluruh masyarakat. Oleh karena itu, perlu memonitor gambarankerentanan isolate S.aureus, baik didapatkan di masyarakat. Antibiotik yangdigunakan untuk mengobati infeksi MRSA adalah vankomisin.

II.2.5. Pneumonia Streptokokus grup A
  1. Pengenalan Streptococcus grup A
 Streptococcus pyogenes ( Streptococcusgroup A) merupakan gram positif,tak dapat bergerak bebas, kokus tidak membentuk spora yang terjadi pada rantaiatau pasangan dari sel tersebut. Sel tunggal berupa kokus (bulat seperti buahtelur), diameter sekitar 0,6 – 1,0 mikrometer (gambar 1). Metabolisme bakteri ini berupa reaksi fermentasi; organisme ini merupakan aerotoleran anaerob katalase– negatif (anaerob fakultatif), dan membutuhkan medium darah untuk bertumbuh. Streptococcus grup A memiliki kapsul yang terdiri atas asam hialuronat dan beta exhibit  hemolisis pada agar darah.
Streptococcus pyogenes merupakan salah satu patogen penyakit padamanusia yang paling sering terjadi. Sebagai flora normal,S. pyogenes dapatmenginfeksi ketika daya tahan tubuh menurun atau ketika organisme tersebutmampu untuk menembus pertahanan konstitutif dalam tubuh. Saat bakterimengenali atau masuk ke dalam jaringan yang rentan, varietas tipe infeksisupuratif dapat terjadi.
Streptococcus pyogenes memproduksi kesatuan yang luas dari faktor virulen dan menyebabkan banyak penyakit. Faktor virulen dari Streptococcus grup A meliputi: (1) protein M, protein – pengikat fibronektin (Protein F) danasam lipoteikoat untuk adheren; (2) kapsul asam hialuronat sebagai samaranimunologik dan menghambat fagositosis; protein M untuk menghambatfagositosis; (3) Invasin seperti streptokinase, streptodornase (DNAaseB),hialuronidase, dan streptolisin; (4) Eksotoksin,seperti toksin pirogenik (eritrogenik) yang menyebabkan ruam dari  scarlet fever  dan sindrom shock toksik sistemik. Pneumonia menjadi bentuk infeksi yang tidak lazim apabila disebakanoleh mikroorganisme ini. Namun, ia terutama dapat merupakan penyakit klinisvirulen. Paling sering, pneumonia yang disebabkan oleh Streptococcus grup Aterjadi secara epidemik, pada populasi yang padat pasca suatu jangkitan ISPA. Namun, kasus sporadik juga ditemukan.

B.Patogenesis dan Gambaran Klinis
Streptococcus pyogenes memperlihatkan kesuksesannya sebagai patogenkarena kemampuannya dalam membentuk koloni dan dapat bermultiplikasidengan cepat, serta menyebar dalam inang ketika menghindari fagositosis danmengganggu sistem imun.
Penyakit akut yang dihubungkan dengan Streptococcus pyogenes terjadikhususnya pada saluran pernapasan, sistem sirkulasi, atau pada kulit. PenyakitStreptokokal sering terjadi sebagai infektor pernapasan, seperti faringitis dan pneumonia yang sedang dibicarakan dalam makalah ini. Secara umum,streptokokus diisolasi dari faring dan saluran pernapasan.
Sebenarnya, patogenesis pneumonia yang disebabkan oleh organisme iniserupa dengan patogenesis untuk Streptococcus pneumoniae. Pasca perubahan pada pertahanan hospes normal saluran pernapasan atas, meskipun kadang – kadang merupakan akibat dari infeksi virus, organisme mencapai saluran pernapasan bawah. Permulaan gejala dan tanda adalah mendadak, dan bagi penderita biasanya sangat toksik. Produk ekstraseluler yang membantu virulensiorganisme ini mempengaruhi gambaran klinik infeksi paru. Pneumonia menyebar dengan cepat dan empisema didokumentasikan sampai pada 50% kasus. Gejalaklinisnya serupa dengan S. pneumonia

C.Diagnosa Penyakit Pneumonia
1) Anamnesi
Ditujukan untuk mengetahui kemungkinan kuman penyebab yang berhubungandengan faktor infeksi:
a. Bedakan lokasi infeksi: merupakan Pneumonia Komunitas
b. Usia pasien: biasanya pada dewasa
c. Awitan: cepat, akut dengan rusty coloured sputum
.2)Pemeriksaan fisis
Presentasi bervariasi tergantung etiologi, usia dan keadaan klinis. Perhatikangejala klinis yang mengarah pada tipe kuman penyebab patogenitas kuman dantingkat beratnya penyakit:
a.       Awitan akut biasanya dialami oleh penderita Pneumonia yangdisebabkan oleh S. pyogenes.
b.      Tanda – tanda fisis pada tipe pneumonia klasik bisa didapatkan berupa demam, dispnea, tanda – tanda konsolidasi paru (perkusi paru yang pekak, ronki nyaring, suara pernapasan bronkial). Bentuk klasik padaPneumonia Komunitas primer berupa bronkopneumonia, pneumonialobaris, dan pleuropneumonia. Dapat diperoleh bentuk manisfestasilaininfeksi paru seperti efusi pleura, pneumotoraks/ hidropneumotoraks.
c.       Warna, konsistensi, dan jumlah sputum penting untuk diperhatikan.
3)      Pemeriksaan Penunjang
a.       Pemeriksaan RadiologisPola radiologis dapat berupa pneumonia alveolar dengan gambaran air bronchogram dan efusi pleura sama seperti pola yang ditimbulkan oleh S. pneumonia
b.      Pemeriksaan Laboratorium
1.      Test SputumDengan melihat sampel mukus (sputum) yang dikeluarkan dari paru – paru,dokter dapat melihat seberapa parah penyakit tersebut. Hanya sampel sputumyang akan menunjukkan infeksi dari mikroorganisme tersebut. Pasien dimintauntuk batuk dalam sebisa mungkin (batuk yang dangkal biasanyamemproduksi sputum yang hanya mengandung flora normal mulut) Beberapa pasien mungkin membutuhkan  spray saline untuk membantu menghasilkansampel yang adekuat. Para peneliti akan memeriksa sputum untuk:
-          Adanya darah, yang mengindikasikan adanya infeksi.
-          Konsistensi dan warna --- seperti pada infeksi S. pneumonia .Sampel sputum yang baik akan dikirimkan ke laboratorium untuk dianalisakeberadaan S. pyogenes dengan mengidentifikasi bakteri tersebut, baik dengan pewarnaan gram dan identifikasi ciri – ciri lainnya.
2.      Test Darah
Pada test darah di bawah ini dapat ditunjukkan dengan :
-          Sel darah putih. Sel darah puitih yang meningkat mengindikasikan adanyainfeksi.
-          Kultur darah. Kultur didapat untuk mendeteksi S. pyogenes , namun iatidak dapat dibedakan dengan organisme berbahaya lainnya. Test ini hanyamenghasilkan ketepatan sekitar 10% - 30% dari sebuah kasus.
-          Deteksi antibodi S. pyogenes , sama sepertiS. Pneumonia . Antibodimerupakan faktor imunitas yang menjadikan penyerang asing sebagai target. Namun, teknik ini juga belum tentu akurat.
-          Polymerase Chain Reaction (PCR). Pada beberapa kasus yang sulit, PCR dapat dilakukan. Test ini membuat salinan RNA yang banyak dari S. pyogenes ,sehingga dapat dideteksi.

Kriteria Minor Pneumonia
·         Frekuensi pernapasan lebih dari 30 kali per menit
·         PaO2/FiO2 kurang dari 250 mmHgj
·         Foto toraks paru menunjukkan adanya kelainan bilateral
·         Foto toraks paru melibatkan lebih dari 2 lobus
·         Tekanan sistolik kurang dari 90 mmHg
·         Tekanan diastolik kurang dari 60 mmHg
Kriteria Mayor Pneumonia
·         Membutuhkan ventilasi mekanik 
·         Infiltrat bertambah lebih dari 50 %
·         Membutuhkan vasopressor lebih dari 4 jam
·         Kreatinin serum lebih dari sama dengan 2 mg/dl; atau, peningkatanlebih dari sama dengan 2 mg/dl pada penderita riwayat penyakit ginjalatau gagal ginjal yang membutuhkan dialysis

Pengobatan Pneumonia
Pengobatan terdiri atas antibiotik dan pengobatan suportif. Pemberianantibiotik sebaiknya berdasarkan data mikroorganisme dan hasil uji kepekaannya.Karena beberapa alasan, yaitu:
-          Penyakit yang berat dapat mengancam jiwa
-          Bakteri patogen yang berhasil di isolasi belum tentu sebagai penyebab pneumoniaj
-          Hasil pembiakan bakteri memerlukan waktu, maka pemberian antibiotikadilakukan secara empiris.
Untuk Penisilin Sensitif Streptococcus pyogenes (PSSP), dapat diberikan:
-          Golongan penisilin
-          TMP-SMZ
-          Makrolid
Untuk  Penisilin Resisten Streptococcus pyogenes (PRSP), dapat diberikan:
-          Betalaktam oral dosis tinggi (untuk rawat jalan)
-          Sefotaksim, Sefriakson dosis tinggi
-          Makrolid baru dosis tinggi
-          Fluorokuinolon respirasi



BAB III
PENUTUP


III.1.KESIMPULAN
Pneumonia bakteria merupakan salah satu penyakit infeksi yang menyerang organ paru.Penyebab infeksi ini karena sistem imun yang lemah sehingga bakteri dengan mudah masuk dalam tubuh. Sistem imun yang lemah ini salah satunya disebabkan oleh gaya hidup yang yang buruk seperti minum alkohol dan merokok. Pengobatan masih belum efektif dan optimal karena bakteri sudah resisten terhadap antibiotik tertentu. Pencegahan yang dapat dilakukan diantaranyadengan melakukan gaya hidup yang baik.










DAFTAR PUSTAKA


  1. Shulman, dkk.Penyakit Infeksi Edisi Keempat . 1994. Yogyakarta: Gadjah Mada UniversityPress.
  2. Syahrurachman, Agus, dkk.Mikrobiologi Kedokteran edisi revisi. 1994. Jakarta:BinarupaAksara
  3. http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/06PenatalaksaanPneumona101.pdf/06PenatalaksaanPneumona101.pdf 
  4. http://pedbase.org/index.html
  5. http://www.pppl.depkes.go.id
  6. www.klinikmedis.com
  7. www.medicastore.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar